Oleh: KH. Drs. Mukhlis Hudaf, Rois Syuriah PCNU Klaten
Fitrah manusia sesungguhnya mulia. Tetapi kemuliaan tersebut akan rusak bilamana manusia memelihara kebencian dan dendam, kebencian dan dendam berawal dari suatu kemarahan
اياكم والغضب فان الغضب يفسد الاءيمان كما يفسد الصبر العسل.
Jahuilah perilaku marah sebab marah bisa merusak Iman sebagaimana cadam (butro wali-bahasa jawa) merusak manisnya madu.
Sombong dan arogansi berawal dari merasa lebih, merasa lebih pintar dan merasa segala2nya hingga memandng sebelah mata terhadap siapapun sehingga tidak pernah menghormati orang lain, termasuk menghargai kelebihan dan pendapat orang lain.
اياكم والكبر فان الشيطان حمله الكبر علي الايسجد لادم
Hindari perilaku sombong sesungguhnya syetan karena kesombongannya lah yg menjadikan ia berani membantah Alloh Swt utk sujud kepada Nabi Adam.
Hidup kita ini kadang terlalu repot dengan diri kita sendiri, kita itu maunya orang sama dengan kita dan sesuai dengan keinginan dan pikiran kita, padahal tidak ada yang sama dalam hidup ini.
Kebiasaan membanding-bandingkan pun sering kita temui dalam masyarakat kita, mulai seperti guru di sekolah membanding-bandingkan antara muridnya sampai tokoh agama membanding-bandingkan kelebihan pemahamannya.
Mungkin itu semua dilakukan dengan tujuan ingin menghadirkan kebaikan dalam hidup ini, agar sesuatu menjadi berkualitas. Namun, membanding-bandingkan kadangkala membuat kita terjebak menjadi tidak adil apalagi jika yang dikedepankan ego kelompok dan kurangnya referensi keilmuan yang dimilikinya
Sekarang mulai merebak sejumlah orang yang gemar dan mudah menyalahkan orang lain kendati secara wawasan keislaman mereka tergolong pemula. Kedangkalan pengetahuan justru membuat mereka mudah menuduh pihak di luar dirinya sebagai kelompok yang keliru.
Sebagai juru syiar Islam, para para tokoh agama sebagai panutan umat tak selayaknya memunculkan hujatan kepada kelompok-kelompok lain yang tak sepaham. Selain menguasai ilmu agama secara mendalam, para tokoh agama dituntut untuk selalu menjaga etika komunikasinya.
Imam Syafii berkata :
رأيي صواب ويحتمل الخطأ ورأي غيري خطأ يحتمل الصواب
“Pendapatku benar, tapi bisa jadi salah. Dan pendapat selain ku itu salah, tapi bisa jadi benar ".
Gus Dur ngendhika : Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya".
Jangan pernah memuthlakkan diri sebab Yang Maha Mutlak itu hanya Alloh Swt, sehingga tidak ada sikap merasa lebih yang berujung memunculkan sikap menghina sesama.
اياكم والغضب فان الغضب يفسد الاءيمان كما يفسد الصبر العسل.
Jahuilah perilaku marah sebab marah bisa merusak Iman sebagaimana cadam (butro wali-bahasa jawa) merusak manisnya madu.
Sombong dan arogansi berawal dari merasa lebih, merasa lebih pintar dan merasa segala2nya hingga memandng sebelah mata terhadap siapapun sehingga tidak pernah menghormati orang lain, termasuk menghargai kelebihan dan pendapat orang lain.
اياكم والكبر فان الشيطان حمله الكبر علي الايسجد لادم
Hindari perilaku sombong sesungguhnya syetan karena kesombongannya lah yg menjadikan ia berani membantah Alloh Swt utk sujud kepada Nabi Adam.
Hidup kita ini kadang terlalu repot dengan diri kita sendiri, kita itu maunya orang sama dengan kita dan sesuai dengan keinginan dan pikiran kita, padahal tidak ada yang sama dalam hidup ini.
Kebiasaan membanding-bandingkan pun sering kita temui dalam masyarakat kita, mulai seperti guru di sekolah membanding-bandingkan antara muridnya sampai tokoh agama membanding-bandingkan kelebihan pemahamannya.
Mungkin itu semua dilakukan dengan tujuan ingin menghadirkan kebaikan dalam hidup ini, agar sesuatu menjadi berkualitas. Namun, membanding-bandingkan kadangkala membuat kita terjebak menjadi tidak adil apalagi jika yang dikedepankan ego kelompok dan kurangnya referensi keilmuan yang dimilikinya
Sekarang mulai merebak sejumlah orang yang gemar dan mudah menyalahkan orang lain kendati secara wawasan keislaman mereka tergolong pemula. Kedangkalan pengetahuan justru membuat mereka mudah menuduh pihak di luar dirinya sebagai kelompok yang keliru.
Sebagai juru syiar Islam, para para tokoh agama sebagai panutan umat tak selayaknya memunculkan hujatan kepada kelompok-kelompok lain yang tak sepaham. Selain menguasai ilmu agama secara mendalam, para tokoh agama dituntut untuk selalu menjaga etika komunikasinya.
Imam Syafii berkata :
رأيي صواب ويحتمل الخطأ ورأي غيري خطأ يحتمل الصواب
“Pendapatku benar, tapi bisa jadi salah. Dan pendapat selain ku itu salah, tapi bisa jadi benar ".
Gus Dur ngendhika : Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya".
Jangan pernah memuthlakkan diri sebab Yang Maha Mutlak itu hanya Alloh Swt, sehingga tidak ada sikap merasa lebih yang berujung memunculkan sikap menghina sesama.
0 Komentar untuk "Oase: Menghindari Sifat-sifat Tidak Terpuji"