
Tidak jauh dari Makam Sunan Tembayat, terdapat masjid Golo atau masjid Pandaranan. Masjid ini berada di perbukitan setinggi 12 meter, di tepi jalan raya. Bangunan utama masjid berukuran 12 X 11 meter. Bangunannya ditopang dua emperan susun setinggi 3,40 meter dengan lebar 3 dan 2 meter. Penyangga utama masjid ditopang 16 tiang yang terbuat dari kayu jati.
Masjid Golo merupakan salah satu peninggalan dakwah Sunan Tembayat. Dalam bahasa Jawa, kata golo berasal dari suku kata Go yang berarti satu dan Lo berarti tujuh. Sehingga mengandung pengertian angka 17 yang mengisyaratkan banyaknya rekaat dalam shalat lima waktu.
Sunan Bayat hidup pada masa Sunan Kalijaga. Nama aslinya adalah Ki Ageng Pandanaran. Beliau pada awalnya merupakan seorang pejabat tinggi kerajaan di Semarang yang kaya raya. Namun, beliau memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawinya dan mengabdikan dirinya untuk syiar agama.
Ki Ageng Pandanaran menjadi murid Sunan Kalijaga. Oleh sang guru, beliau diminta untuk berdakwah di daerah Bayat, Klaten. Hingga beliau tutup usia, amanah dari Sunan Kalijaga tetap dipegangnya erat-erat.
Sumber: NU Online
Tag :
Ziarah
0 Komentar untuk "Sekilas Makam Ki Ageng Pandanaran"